Rabu, 20 Januari 2016

ANALISIS PELUANG DRYSPELL DAN WETSPELL  

DI WILAYAH LAMPUNG 


Suci Pratiwi
Email: ndoeqsuci@yahoo.com



PENDAHULUAN



Latar Belakang
Provinsi Lampung terletak di ujung paling selatan pulau Sumatera terletak pada 103o 40' - 105o 50' BT dan  6o 45' - 3o 45' LS Terletak antara samudera hindia dan pasifik, benua asia dan Australia, sehingga wilayah Lampung secara umum membentuk pola curah hujan Monsunal. Artinya, dalam satu tahun, terjadi satu kali puncak musim hujan dan satu kali puncak musim kemarau. Kita perlu analisis karakteristik curah hujan secara spesifik seperti penentuan peluang dryspell dan wetspell bulanan karena sangat diperlukan dalam kegiatan masyarakat seperti sektor pertanian dan perkebunan, perikanan, industri dan usaha lainnya.
Deret hari kering atau dry spell merupakan hari kering dimana curah hujan < 0.5 milimeter dan terjadi selama m hari berturut – turut tanpa diselingi oleh hari basah. Sedangkan deret hari basah merupakan hari basah dimana curah hujan > 10.0 milimeter yang terjadi selama 5 hari berturut – berturut atau lebih dan tidak diselingi oleh hari kering.
Manfaat mengetahui informasi dryspell di suatu wilayah digunakan untuk peringatan kekeringan dan rawan pangan, kekeringan merupakan problematika utama yang harus dihadapi dalam bidang pertanian. Sebagian besar mayarakat di wilayah lampung bergerak di bidang pertanian dan perkebunan seperti produksi tanaman pangan, hortikultura dan tanaman perkebunan. Informasi dryspell dimanfaatkan oleh masyarakat di bidang pertanian untuk penentuan periode tanam, terutama selama fase pertumbuhan yang sensitif terhadap kekeringan. Manfaat lainnya: Bidang Pengairan (ketersediaan air untuk masyarakat, irigasi), Peringatan bencana kebakaran lahan dan hutan, kewaspadaan pemadam kebakaran dan lain- lain.

Informasi Wetspell biasanya untuk peringatan kejadian banjir pada wilayah rawan banjir selain itu peringatan kejadian tanah longsor dibeberapa kabupaten misalnya Lampung Barat, Tanggamus, Way kanan.
Oleh karena itu dalam kajian ini akan dibahas tentang peluang dryspell dan wetspell, diharapkan dengan mengetahui karakteristik dryspell dan wetspell di wilayah Lampung sehingga dapat membantu dalam suatu perencanaan kedepannya seperti: penangulangan bencana akibat kekeringan, rawan pangan, kebakaran lahan dan banjir, tanah longsor, bidang Pertanian, Perikanan, Pekerjaan Umum.

TUJUAN
Kajian ini bertujuan untuk menganalisis karakteristik curah hujan bulanan wilayah Lampung melalui penentuan peluang terjadinya dryspell dan wetspell yang nantinya akan digunakan oleh PEMDA dan masyarakat di wilayah lampung sebagai tolak ukur perencanaaan suatu kegiatan dan kewaspadaan terhadap bencana Kekeringan dan Banjir di provinsi Lampung.


PEMBAHASAN

Curah hujan adalah salah satu  unsur iklim yang penting dalam kegiatan masyarakat, karena perubahan curah hujan menjadi lebih basah atau lebih kering berpengaruh langsung berbagai sektor di masyarakat, hal serius secara dapat berdampak pada sosial maupun ekonomoi. Informasi Spesifik yang berkaitan dengan pola curah hujan di suatu wilayah sangat diperlukan seperti peluang Dryspell dan Wetspell. Hasil dan pembahasan dari analisis peluang dryspell dan wetspell serta hubungan dryspell terhadap ENSO dan IOD sebagi berikut :

Peluang Periode Kering (Dryspell)
Dari data curah hujan harian diperoleh Kurva presentase Dryspell Bulanan Periode 1975- 2004 stasiun meteorologi Radin Inten II Bandar Lampung dibawah ini :
Gambar 1.Kurva presentase Dryspell Bulanan Periode 1975- 2004 Radin Inten II
                  bandar Lampung


Kurva diatas mengambarkan rata kondisi Dryspell bulanan di wilayah lampung selama 30 tahun, meskipun untuk kebutuhan data spasial kurang mengambarkan keseluruhan wilayah karena hanya mengambil 1 titik stasiun namun hasil kajian ini dapat digunakan untuk mewakili kondisi Dryspell Wilayah Lampung.
Dari kurva presentase Dryspell Bulanan Periode 1975- 2004 peluang frekuensi dryspell yang lebih dominan >5 hari berturut-turut terjadi dari bulan Januari hingga desember, Kondisi paling kering dryspell > 20 hari terlihat terjadi bulan april hingga november walaupun dengan peluang <50%. Frekuensi dryspell > 10 hari terjadi Maret-Desember serta frekuensi dryspell >15 hari terjadi Maret-November.
Untuk melihat presentase dryspell di wilayah lampung secara lebih spesifik terlihat pada tabel sebagai berikut:
Tabel 1. Peluang Dryspell Musim Kemarau dan Musim Hujan Wilayah lampung
Dari tabel 1 diatas terlihat bahwa dikatakan untuk peluang terjadinya Dryspell >5 hari terjadi sejak bulan Januari- Desember dengan peluang  MK dryspell >50% terjadi April-Oktober dan peluang MH terjasi November-Maret. Peluang dryspell pada puncak musim kemarau >90% terjadi bulan Juni-September.
Informasi Dryspell > 5 hari diberikan kepada masyarakat bermanfaat salah satunya di sektor pertanian, karena sektor pertanian merupaka sektor utama di wilayah lampung hal ini akan berdampak serius pada faktor ekonomi masyarakat.
Dryspell >5 hari menunjukan bahwa mengganggu pada fase pembibitan dan pertumbuhan terutama pada tanaman padi dan hortikultura, disarankan untuk petani pada awal tanam disarankan memilih bulan dengan presentase peluang Dryspell kecil sekitar Januari-Februari jangan memilih peluang dryspell besar. Namun komoditas palawija seperti jagung, kedelai singkong dan tanaman perkebunan masih dapat bertahan dengan kondisi Dryspell > 5 hari.
Berbeda dengan fase panen, diperlukan peluang Dryspell tinggi agar hasil panen tidak rusak dan selama proses pasca panen sebagai contoh untuk tanaman padi, sebelum panen kondisi air harus dikurangi karena tidak memerlukan banyak air untuk kesempurnaan pemasakan biji dan untuk kegiatan pasca panen agar hasil panen tidak rusak.
Informasi dryspell > 5 hari juga digunakan membantu dalam memutuskan kegiatan kementrian Pekerjaan Umum karena perlu adanya pengaturan air untuk sawah lahan irigasi untuk kebutuhan musim kemarau bulan Mei-Oktober dengan peluang 70% karena kandungan air tanah mulai berkurang untuk kebutuhan tanaman. Petani untuk sawah tadah hujan perlu waspada, air tanah mulai berkurang untuk bulan Mei-Oktober kebutuhan tanaman akan air perlu diperhatikan.
Dryspell >10 hari mengambarkan kondisi Dryspell perdasarian untuk membantu dalam menentukan awal musim kemarau. Dari Tabel 1 dapat dikatakan untuk peluang terjadinya Dryspell >10 hari terjadi sejak bulan Maret-Desember namun peluang MK terjadi Juni-September dengan peluang sebesar >50% dan peluang MH terjadi Oktober Mei. Puncak kemarau peluang Dryspell musim kemarau >70% terjadi bulan Juni-Agustus.
Informasi Dryspell >10 hari dengan peluang >50% periode Juni-September sangat bermanfaat untuk masyarakat, masyarakat harus waspada karena mulai berkurangnya tersediaan air untuk masyarakat.
Pada kondisi ini juga untuk tanaman pangan disamping kekurangan air, hama dan penyakit berkembang cepat. Jika tanaman ditanam di lahan tadah hujan kemungkinan gagal panen besar karena kandungan air menurun Disarankan petani mengatur pola tanam dan pilih varietas tanaman berumur pendek.
Informasi Dryspell >10 hari untuk Tanaman perkebunan, tanaman perkebunan banyak yang layu dan produksinya menurun, pada kondisi ini tanaman rentan penyakit, hama dan penyakit mulai berkembang.
Tabel 1 terlihat presentase Dryspell untuk >15 hari dengan peluang 20-40% saja terjadi  bulan Juli-September walaupun peluang <50% Informasi Dryspell >15 hari diberikan kepada masyarakat bermanfaat agar PEMDA dan Masyarakat Lampung : waspada rawan pangan , karena pada kondisi ini tanaman pangan, kemungkinan gagal panen besar apa lagi diperparah jika terjadi beberapa bulan berturut-turut.
Tabel 1 terlihat presentase Dryspell untuk >20 hari peluang peluang 20-30% saja terjadi  bulan Agustus-September, walaupun peluang <50% Informasi Dryspell >20 hari namun informasi ini adalah kondisi ekstrem, informasi ini diberikan agar PEMDA dan masyarakat waspada terhadap Kebakaran lahan di Lampung apa lagi diperparah dengan fenomena el nino dapat memperparah kebakaran lahan.

Peluang Periode Basah (Wetspell)
Informasi wetspell agar masyarakat dan PEMDA lebih waspada pada bulan-bulan dengan peluang terjadinya wetspell besar. Gambar 2 mengambarkan Kurva presentase Wetspell Bulanan Periode 1975- 2004 untuk Radin Inten II Bandar Lampung untuk kriteria hujan sedang 20-50 mm berturut-turut >3 hari dan >5 hari selama 30 tahun, namun dapat dilihat untuk presentase peluang Wetspell sangat kecil < 10% sehingga dapat dikatakan jarang terjadi. Peluang terjadi >3 hari berturut-turut terjadi Januari – Mei dan Oktober- Desember pada bulan tersebut merupakan Musim Hujan. Peluang >5 hari berturut-turut terjadi Januari- Februari.
    Gambar 2.Kurva presentase Dryspell Bulanan Periode 1975- 2004 Radin Inten II
           bandar Lampung 

  
Hubungan Indeks NINO 3.4 dan IOD dengan Dryspell
Dalam kajian ini juga membahas perubahan jumlah dryspell dihubungkan dengan indeks nino 3.4 dan IOD. nino 3.4  merupakan fenomena global dari sistem global dari sistem interaksi laut yang ditandai memanasnya atau mendinginnya suhu muka laut di equator pasifik tengah (nino 3.4). El Nino adalah kondisi dimana anomali SST didaerah tersebut positif(lebih panas dari rata-ratanya) menyebabkan uap air dari indeonesia menuju pasifik sehingga Indonesia kering. La Nina adalah mendinginnya SST di pasifik equator(nino 3.4) menyebakan Indonesia banyak hujan. untuk tahun normal apabila indeks antara (-0.5) – 0.5 sedangkan untuk tahun El Nino adalah 0.5 – 2.5 dan tahun La Nina adalah (-0.5) – (-2.5) (http://ggweather.com/enso/oni.htm). Hubungan indeks nino 3.4 terhadap dryspell di Lampung dapat dilihat grafik berikut :
Gambar 3. Grafik Hubungan Anomali Dryspell Dengan Indeks Nino 3.4
 Secara umum dengan melihat grafik diatas terlihat pola dimana jika terjadi el nino (Indeks 0.5 – 2.5) maka jumlah dryspell meningkat untuk musim kemarau (JJAS), walaupun tidak pasti fenomena el nino selalu mempengaruhi dryspell. Terlihat  tahun-tahun el nino seperti 1976,1982, 1986,1987,1991,1997,2002 mempengaruhi dryspell dan 1977,204 tidak mempengaruhi dryspell.
La nina (indeks : (-0.5) – (-2.5)) secara umum akan menurunkan dryspell ini dapat terlihat untuk tahun-tahun la nina seperti 1975,1988,1998 menurunkan Dryspell dan 1995 la nina tidak mempengaruhi.

Dipole Mode adalah fenomena interaksi laut di samudera hindia barat sumatera dengan pantai timur Afrika. Indeks dipole mode dihitung berdasarkan selisih antara anomali SST pantai timur Afrika dengan perairan di sebelah barat sumatera. Hubungan IOD dengan dryspell dapat dilihat pada garafik berikut :
       Gambar 4. Grafik  Hubungan Anomali Dryspell Dengan Indeks IOD
Grafik diatas secara umum terlihat pola dimana ndeks IOD positif (>+0.4) maka jumlah dryspell meningkat seperti 1977,1983,1994,1997 dan indeks IOD negatif (>-0.4) akan menurunkan Dryspell seperti 1975,1998
Dari hubungan jumlah Dryspell dengan fenomena dipengaruhui el nino atau la nina  dan IOD yang paling dominan yaitu pada bulan JJAS (MK). Sehingga dalam kajian ini menganalisis korelasi antara nino dan IOD mempengaruhi Dryspell di Lampung. hubungan dryspell JJAS terhadap indeks nino 3.4 dan IOD disajikan dalam grafik dibawah ini :
Gambar 5. Hubungan Dryspell JJAS dengan indeks Nino 3.4 dan IOD
 Secara umum dilihat dari gambar 5 menunjukan bahwa IOD + kombinasi dengan el nino jumlah Dryspell meningkat lebih tajam (1997),sebaliknya IOD – kombinasi dengan la nina jumlah Dryspell menurun (1998).
Analisis sengan metode statistik, dapat dilihat pada tabel dan grafik berikut : 
 Gambar 6. Korelasi Dryspell JJAS dengan indeks Nino 3.4 dan IOD
 
 Dilihat dari tabel korelasi secara umum dapat dikatakan korelasi Dryspell terhadap indeks nino 3.4 dan IOD menunjukan koefisien positif artinya jika indeks nino atau iod meningkat maka meningkat pula jumlah dryspell.
            Dari grafik Korelasi menunjukan Indeks IOD sangat mempengaruhi Dryspell dibandingkan indeks nino 3.4. Besar pengaruh indeks IOD terhadap jumlah dryspell berbeda- beda untuk MK (JJAS) yang paling dominan pada bulan Agustus mencapai 69%. Besar pengaruh indeks nino 3.4 dengan jumlah dryspell berbeda- beda untuk MK (JJAS) yang paling dipengaruhi jumlah dryspellnya pada bulan Agustus mencapai 38%.