ANALISIS PELUANG DRYSPELL
DAN WETSPELL
DI WILAYAH LAMPUNG
Suci Pratiwi
Email: ndoeqsuci@yahoo.com
PENDAHULUAN
Latar
Belakang
Provinsi
Lampung terletak di ujung paling selatan pulau Sumatera terletak pada 103o
40' - 105o 50' BT dan 6o
45' - 3o 45' LS Terletak
antara samudera hindia dan pasifik, benua asia dan Australia, sehingga wilayah
Lampung secara umum membentuk pola curah hujan Monsunal. Artinya, dalam satu
tahun, terjadi satu kali puncak musim hujan dan satu kali puncak musim kemarau.
Kita perlu analisis karakteristik curah hujan secara spesifik seperti penentuan
peluang dryspell dan wetspell bulanan karena sangat diperlukan dalam kegiatan
masyarakat seperti sektor pertanian dan perkebunan, perikanan, industri dan
usaha lainnya.
Deret hari kering atau
dry spell merupakan hari kering dimana curah hujan < 0.5
milimeter dan terjadi selama m hari berturut – turut tanpa
diselingi oleh hari basah. Sedangkan deret hari basah
merupakan hari basah dimana curah hujan > 10.0 milimeter yang terjadi selama
5 hari berturut – berturut atau lebih dan tidak diselingi oleh hari kering.
Manfaat mengetahui
informasi dryspell di suatu wilayah digunakan untuk peringatan kekeringan dan
rawan pangan, kekeringan merupakan problematika utama yang harus dihadapi dalam
bidang pertanian. Sebagian besar mayarakat di wilayah lampung bergerak di
bidang pertanian dan perkebunan seperti produksi tanaman pangan, hortikultura
dan tanaman perkebunan. Informasi dryspell dimanfaatkan oleh masyarakat di
bidang pertanian untuk penentuan periode tanam, terutama selama fase pertumbuhan
yang sensitif terhadap kekeringan. Manfaat lainnya: Bidang Pengairan
(ketersediaan air untuk masyarakat, irigasi), Peringatan bencana kebakaran
lahan dan hutan, kewaspadaan pemadam kebakaran dan lain- lain.
Informasi Wetspell
biasanya untuk peringatan kejadian banjir pada wilayah rawan banjir selain itu
peringatan kejadian tanah longsor dibeberapa kabupaten misalnya Lampung Barat,
Tanggamus, Way kanan.
Oleh karena itu dalam
kajian ini akan dibahas tentang peluang dryspell dan wetspell, diharapkan dengan
mengetahui karakteristik dryspell dan wetspell di wilayah Lampung sehingga
dapat membantu dalam suatu perencanaan kedepannya seperti: penangulangan
bencana akibat kekeringan, rawan pangan, kebakaran lahan dan banjir, tanah
longsor, bidang Pertanian, Perikanan, Pekerjaan Umum.
TUJUAN
Kajian ini bertujuan untuk
menganalisis karakteristik curah hujan bulanan wilayah Lampung melalui
penentuan peluang terjadinya dryspell dan wetspell yang nantinya akan digunakan
oleh PEMDA dan masyarakat di wilayah lampung sebagai tolak ukur perencanaaan
suatu kegiatan dan kewaspadaan terhadap bencana Kekeringan dan Banjir di
provinsi Lampung.
PEMBAHASAN
Curah hujan adalah salah
satu unsur iklim yang penting dalam
kegiatan masyarakat, karena perubahan curah hujan menjadi lebih basah atau
lebih kering berpengaruh langsung berbagai sektor di masyarakat, hal serius secara
dapat berdampak pada sosial maupun ekonomoi. Informasi Spesifik yang berkaitan
dengan pola curah hujan di suatu wilayah sangat diperlukan seperti peluang Dryspell dan Wetspell. Hasil dan pembahasan dari analisis peluang dryspell dan wetspell serta hubungan dryspell terhadap ENSO dan IOD sebagi
berikut :
Peluang Periode Kering (Dryspell)
Dari data curah hujan harian diperoleh
Kurva presentase Dryspell Bulanan
Periode 1975- 2004 stasiun meteorologi Radin Inten II Bandar Lampung dibawah
ini :
Gambar 1.Kurva presentase Dryspell Bulanan Periode
1975- 2004 Radin Inten II
bandar Lampung
Kurva diatas mengambarkan rata kondisi
Dryspell bulanan di wilayah lampung selama 30 tahun, meskipun untuk kebutuhan
data spasial kurang mengambarkan keseluruhan wilayah karena hanya mengambil 1
titik stasiun namun hasil kajian ini dapat digunakan untuk mewakili kondisi Dryspell Wilayah Lampung.
Dari kurva presentase Dryspell Bulanan Periode 1975- 2004
peluang frekuensi dryspell yang lebih dominan >5 hari berturut-turut terjadi
dari bulan Januari hingga desember, Kondisi paling kering dryspell > 20 hari
terlihat terjadi bulan april hingga november walaupun dengan peluang <50%.
Frekuensi dryspell > 10 hari terjadi Maret-Desember serta frekuensi dryspell
>15 hari terjadi Maret-November.
Untuk melihat presentase
dryspell di wilayah lampung secara lebih spesifik terlihat pada tabel sebagai
berikut:
Tabel 1. Peluang Dryspell Musim Kemarau dan
Musim Hujan Wilayah lampung
Dari tabel 1 diatas terlihat bahwa dikatakan
untuk peluang terjadinya Dryspell >5
hari terjadi sejak bulan Januari- Desember dengan peluang MK dryspell >50% terjadi April-Oktober dan
peluang MH terjasi November-Maret. Peluang dryspell pada puncak musim kemarau
>90% terjadi bulan Juni-September.
Informasi Dryspell > 5 hari diberikan kepada masyarakat bermanfaat salah
satunya di sektor pertanian, karena sektor pertanian merupaka sektor utama di
wilayah lampung hal ini akan berdampak serius pada faktor ekonomi masyarakat.
Dryspell >5 hari menunjukan bahwa
mengganggu pada fase pembibitan dan pertumbuhan terutama pada tanaman padi dan
hortikultura, disarankan untuk petani pada awal tanam disarankan memilih bulan
dengan presentase peluang Dryspell kecil
sekitar Januari-Februari jangan memilih peluang dryspell besar. Namun komoditas
palawija seperti jagung, kedelai singkong dan tanaman perkebunan masih dapat
bertahan dengan kondisi Dryspell > 5 hari.
Berbeda dengan fase panen, diperlukan
peluang Dryspell tinggi agar hasil
panen tidak rusak dan selama proses pasca panen sebagai contoh untuk tanaman
padi, sebelum panen kondisi air harus dikurangi karena tidak memerlukan banyak
air untuk kesempurnaan pemasakan biji dan untuk kegiatan pasca panen agar hasil
panen tidak rusak.
Informasi dryspell > 5 hari juga
digunakan membantu dalam memutuskan kegiatan kementrian Pekerjaan Umum karena
perlu adanya pengaturan air untuk sawah lahan irigasi untuk kebutuhan musim
kemarau bulan Mei-Oktober dengan peluang 70% karena kandungan air tanah mulai
berkurang untuk kebutuhan tanaman. Petani untuk sawah tadah hujan perlu
waspada, air tanah mulai berkurang untuk bulan Mei-Oktober kebutuhan tanaman
akan air perlu diperhatikan.
Dryspell >10 hari mengambarkan kondisi Dryspell perdasarian untuk membantu
dalam menentukan awal musim kemarau. Dari Tabel 1 dapat dikatakan untuk peluang
terjadinya Dryspell >10 hari
terjadi sejak bulan Maret-Desember namun peluang MK terjadi Juni-September
dengan peluang sebesar >50% dan peluang MH terjadi Oktober Mei. Puncak
kemarau peluang Dryspell musim
kemarau >70% terjadi bulan Juni-Agustus.
Informasi Dryspell >10 hari dengan peluang >50% periode Juni-September
sangat bermanfaat untuk masyarakat, masyarakat harus waspada karena mulai
berkurangnya tersediaan air untuk masyarakat.
Pada kondisi ini juga untuk tanaman
pangan disamping kekurangan air, hama dan penyakit berkembang cepat. Jika
tanaman ditanam di lahan tadah hujan kemungkinan gagal panen besar karena
kandungan air menurun Disarankan petani mengatur pola tanam dan pilih varietas
tanaman berumur pendek.
Informasi Dryspell >10 hari untuk Tanaman perkebunan, tanaman perkebunan
banyak yang layu dan produksinya menurun, pada kondisi ini tanaman rentan
penyakit, hama dan penyakit mulai berkembang.
Tabel 1 terlihat presentase Dryspell untuk >15 hari dengan
peluang 20-40% saja terjadi bulan
Juli-September walaupun peluang <50% Informasi Dryspell >15 hari
diberikan kepada masyarakat bermanfaat agar PEMDA dan Masyarakat Lampung :
waspada rawan pangan , karena pada kondisi ini tanaman pangan, kemungkinan
gagal panen besar apa lagi diperparah jika terjadi beberapa bulan
berturut-turut.
Tabel 1 terlihat presentase Dryspell untuk >20 hari peluang peluang
20-30% saja terjadi bulan
Agustus-September, walaupun peluang <50% Informasi Dryspell >20 hari
namun informasi ini adalah kondisi ekstrem, informasi ini diberikan agar PEMDA
dan masyarakat waspada terhadap Kebakaran lahan di Lampung apa lagi diperparah
dengan fenomena el nino dapat memperparah kebakaran lahan.
Peluang Periode Basah (Wetspell)
Informasi wetspell agar masyarakat dan PEMDA lebih waspada pada bulan-bulan
dengan peluang terjadinya wetspell
besar. Gambar 2 mengambarkan Kurva presentase Wetspell Bulanan Periode 1975- 2004 untuk Radin Inten II Bandar
Lampung untuk kriteria hujan sedang 20-50 mm berturut-turut >3 hari dan >5
hari selama 30 tahun, namun dapat dilihat untuk presentase peluang Wetspell
sangat kecil < 10% sehingga dapat dikatakan jarang terjadi. Peluang terjadi >3
hari berturut-turut terjadi Januari – Mei dan Oktober- Desember pada bulan
tersebut merupakan Musim Hujan. Peluang >5 hari berturut-turut terjadi
Januari- Februari.
Gambar 2.Kurva presentase Dryspell Bulanan Periode 1975- 2004
Radin Inten II
bandar Lampung
Hubungan
Indeks NINO 3.4 dan IOD dengan Dryspell
Dalam kajian ini juga membahas perubahan
jumlah dryspell dihubungkan dengan
indeks nino 3.4 dan IOD. nino 3.4 merupakan fenomena global dari sistem global dari
sistem interaksi laut yang ditandai memanasnya atau mendinginnya suhu muka laut
di equator pasifik tengah (nino 3.4). El
Nino adalah kondisi dimana anomali SST didaerah tersebut positif(lebih panas
dari rata-ratanya) menyebabkan uap air dari indeonesia menuju pasifik sehingga
Indonesia kering. La Nina adalah
mendinginnya SST di pasifik equator(nino 3.4) menyebakan Indonesia banyak
hujan. untuk tahun normal apabila indeks antara (-0.5) – 0.5 sedangkan untuk
tahun El Nino adalah 0.5 – 2.5 dan tahun La Nina adalah (-0.5) – (-2.5) (http://ggweather.com/enso/oni.htm). Hubungan indeks nino 3.4 terhadap dryspell di Lampung
dapat dilihat grafik berikut :
Gambar 3. Grafik Hubungan Anomali Dryspell
Dengan Indeks Nino 3.4
Secara umum dengan melihat
grafik diatas terlihat pola dimana jika terjadi el nino (Indeks 0.5 – 2.5) maka
jumlah dryspell meningkat untuk musim
kemarau (JJAS), walaupun tidak pasti fenomena el nino selalu mempengaruhi dryspell. Terlihat tahun-tahun el nino seperti 1976,1982,
1986,1987,1991,1997,2002 mempengaruhi dryspell
dan 1977,204 tidak mempengaruhi dryspell.
La
nina (indeks : (-0.5)
– (-2.5)) secara umum akan menurunkan dryspell
ini dapat terlihat untuk tahun-tahun la nina seperti 1975,1988,1998 menurunkan
Dryspell dan 1995 la nina tidak mempengaruhi.
Dipole Mode adalah
fenomena interaksi laut di samudera hindia barat sumatera dengan pantai timur
Afrika. Indeks dipole mode dihitung berdasarkan selisih antara anomali SST pantai
timur Afrika dengan perairan di sebelah barat sumatera. Hubungan IOD dengan
dryspell dapat dilihat pada garafik berikut :
Gambar 4. Grafik Hubungan Anomali Dryspell Dengan Indeks IOD
Grafik diatas secara umum terlihat
pola dimana ndeks IOD positif (>+0.4) maka jumlah dryspell meningkat seperti 1977,1983,1994,1997 dan indeks IOD
negatif (>-0.4) akan menurunkan Dryspell
seperti 1975,1998
Dari
hubungan jumlah Dryspell dengan fenomena dipengaruhui el nino atau la nina dan IOD yang paling
dominan yaitu pada bulan JJAS (MK). Sehingga dalam kajian ini menganalisis
korelasi antara nino dan IOD mempengaruhi Dryspell di Lampung. hubungan
dryspell JJAS terhadap indeks nino 3.4 dan IOD disajikan dalam grafik dibawah
ini :
Secara
umum dilihat dari gambar 5 menunjukan bahwa IOD + kombinasi dengan el nino
jumlah Dryspell meningkat lebih tajam (1997),sebaliknya IOD – kombinasi dengan
la nina jumlah Dryspell menurun (1998).
Gambar
6. Korelasi Dryspell
JJAS dengan indeks Nino 3.4 dan IOD
Dilihat dari tabel korelasi secara
umum dapat dikatakan korelasi Dryspell terhadap indeks nino 3.4 dan IOD menunjukan
koefisien positif artinya jika indeks nino atau iod meningkat maka meningkat
pula jumlah dryspell.
Dari
grafik Korelasi menunjukan Indeks IOD sangat mempengaruhi Dryspell dibandingkan indeks nino 3.4. Besar pengaruh indeks IOD terhadap jumlah dryspell berbeda- beda untuk MK
(JJAS) yang paling dominan pada bulan Agustus mencapai 69%. Besar pengaruh
indeks nino 3.4 dengan jumlah dryspell berbeda- beda untuk MK (JJAS) yang paling
dipengaruhi jumlah dryspellnya pada bulan Agustus mencapai 38%.